Monday, December 19, 2011

KEKUATAN HATI MELEBIHI KEKUATAN PIKIRAN

Banyak orang sangat meyakini bahwa kekuatan pikiran positif dapat membawa manusia meraih kesuksesan dalam mencapai tujuannya. Memang, tidak diragukan lagi, kalau kekuatan pikiran positif ini dan membawa manusia pada kesuksesan dalam meraih tujuannya. Mereka yang dapat mengarahkan pikirannya selalu kearah positif, maka diyakini bahwa hasilnya adalah sesuatu kehidupan yang positif juga.


Meskipun demikian, kita sebagai manusia yang memiliki keyakikan keimanan kepada ALLAH, sebaiknya menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak semata, bukan hanya mengandalkan akal dan kekuatan pikiran semata. Karena sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal dan pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati atau kekuatan hati yang positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia. Karena hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.

Wednesday, December 14, 2011

AUTOPSI


1.1 AUTOPSI DAN TUJUANNYA
1.1.1 Defenisi
Autopsi berasal kata dari Auto = sendiri dan Opsis = melihat. Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atau penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian (Mansjoer, dkk, 2000)
1.1.2     Sejarah Autopsi
Pada zaman dahulu, sebelum adanya praktek forensik menimbulkan begitu banyak kerancuan dalam penyelesaian suatu peristiwa kejahatan. Sehingga menyebabkan tidak terungkapnya suatu kasus dan memberikan kemudahan bagi pelaku untuk melarikan diri. Buruknya lagi, manusia-manusia yang hidup di zaman kuno seringkali membuat penyelesaian tidak logis dalam suatu peristiwa, misalnya ada suatu kasus pembunuhan, peradilan terhadap orang yang dianggap pelaku diserahkan pada dewa api dengan cara menyuruh orang tersebut berjalan diatas api, kalau kakinya terbakar orang itu dianggap bersalah.
Walaupun begitu pembedahan dan pemisahan organ jenazah telah dilakukan oleh manusia setidaknya 3000 tahun SM oleh bangsa Mesir Kuno dalam praktek mumifikasi. Pembedahan mayat yang digunakan untuk autopsi sendiri bermula pada sekitar awal millenium ketiga SM, walaupun sebenarnya hal ini berlawanan dengan norma masyarakat saat itu yang menganggap pengrusakan terhadap tubuh jenazah akan menghalanginya ke akhirat.