Defenisi
Dalam bahasa Indonesia dikenal
istilah “perpustakaan”(berasal dari kata Sansekerta pustaka ) artinya kitab,
buku. Dalam bahasa Inggris, pembaca tentu mengenal istilah library (berasal dari
kata Latin liber atau libri ) artinya buku. Dari kata Latin tersebut
terbentuklah istilah librarus yang artinya tentang buku. Dalam bahasa
Belanda bibliotheek , Jerman bibliothek , Perancis bibliothrquo, Spanyol
bibliotheca, dan Portugal bibliotheca. Semua istilah itu (berasal dari bahasa
Yunani biblia ) artinya tentang buku, kitab.
Dari istilah-istilah diatas
diperoleh batasan perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskripsi dan bahan
pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan
atau kesenangan (Webster's Third Edition International Dictionary ,1961).
Perpustakaan diartikan sebuah
ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya
yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca
bukan untuk dijual ( Sulistyo, Basuki ; 1991 ).
Menurut Undang-undang Perpustakaan (UU nomor 43 tahun 2007) disebutkan
bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka.
Perpustakaan adalah kumpulan materi
tercetak dan media noncetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang
disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai. (International Federation of Library
Association and Institutions)
Perpustakaan adalah tempat, gedung, ruang yang disediakan
untuk pemeliharaan dan pendayagunaan koleksi buku, koleksi buku, majalah dan
bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002)
Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat
menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat
digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. ( Sugiyanto )
Perpustakaan adalah fasilitas atau
tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Tujuan dari perpustakaan sendiri,
khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi
untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Wiranto dkk,1997).
2.1.2
Sejarah
Sejarah
perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara
Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan
ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia
dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa
ditemukan dari periode Kerajaan Kutai.
Di pulau
Jawa, sejarah perpustakaan tersebut dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Hal ini
karena di kerajaan ini mulai dikenal pujangga keraton yang menulis berbagai
karya sastra sehingga nyatalah bahwa sudah ada naskah yang ditulis tangan dalam
media daun lontar yang diperuntukkan bagi pembaca kalangan sangat khusus yaitu
kerajaan.Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan karya
sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Semua
kitab itu ditulis diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat terbatas dan
tetap berada dalam lingkungan keraton. Periode berikutnya adalah Kerajaan
Singosari. Pada periode ini tidak dihasilkan naskah terkenal. Kitab Pararaton
yang terkenal itu diduga ditulis setelah keruntuhan kerajaan Singosari.
Perpustakaan
mulai didirikan mula-mula untuk tujuan menunjang program penyebaran agama
mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini
adalah pada masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compaqnie) yaitu
perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang dibangun sejak 1624. Namun
karena beberapa kesulitan perpustakaan ini baru diresmikan pada 27April 1643
dengan penunjukan pustakawan bernama Ds. (Dominus) Abraham Fierenius.
Pada
masa inilah perpustakaan tidak lagi diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja,
namun mulai dinikmati oleh masyarakat umum. Perpustakaan meminjamkan buku untuk
perawat rumah sakit Batavia, bahkan peminjaman buku diperluas sampai ke
Semarang dan Juana (Jawa Tengah). Jadi pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal
perluasan jasa perpustakaan (kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam
antar perpustakaan atau interlibrary loan). Lebih dari seratus tahun
kemudian berdiri perpustakaan khusus di Batavia.
Pada
tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan berdirinya lembaga
tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian perpustakaan lembaga
BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie
(Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk
koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku
yang pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1846 dengan judul Bibliotecae
Artiumcientiaerumquae Batavia Florest Catalogue Systematicus hasil
suntingan P. Bleeker. Edisi kedua terbit dalam bahasa Belanda pada tahun 1848.
Pada
tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya
menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat.
Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan
perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional. Pada tahun 1980
Perpustakaan Museum Nasional dilebur ke Pusat Pembinaan Perpustakaan.
Perubahan
terjadi lagi pada tahun 1989 ketika Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur
sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sesudah
pembangunan BKGW, berdirilah perpustakaan khusus lainnya seiring dengan
berdirinya berbagai lembaga penelitian maupun lembaga pemerintahan lainnya.
Sebagai contoh pada tahun 1842 didirikan Bibliotheek’s Lands Plantentuin te
Buitenzorg. Pada tahun 1911 namanya berubah menjadi Central
Natuurwetenchap-pelijke Bibliotheek van het Departement van Lanbouw,
Nijverheid en Handel. Nama ini kemudian berubah lagi menjadi Bibliotheca
Bogoriensis. Tahun 1962 nama ini berubah lagi menjadi Pusat Perpustakaan
Penelitian Teknik Pertanian, kemudian menjadi Pusat Perpustakaan Biologi dan
Pertanian. Perpustakaan ini berubah nama kembali menjadi perpustakaan ini
bernama Perpustakaan Pusat Pertanian dan Komunikasi Penelitian.
Kini
perpustakaan ini bernama Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Hasil-hasil
Penelitian. Setelah periode tanam paksa, pemerintah Hindia Belanda menjalankan
politik etis untuk membalas ”utang” kepada rakyat Indonesia. Salah satu
kegiatan politik etis adalah pembangunan sekolah rakyat. Dalam bidang
perpustakaan sekolah, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Volksbibliotheek
atau terjemahan dari perpustakaan rakyat, namun pengertiannya berbeda dengan
pengertian perpustakaan umum. Volksbibliotheek artinya perpustakaan yang
didirikan oleh Volkslectuur (kelak berubah menjadi Balai Pustaka),
sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada Volkschool.
Volkschool artinya sekolah
rakyat yang menerima tamatan sekolah rendah tingkat dua. Perpustakaan ini
melayani murid dan guru serta menyediakan bahan bacaan bagi rakyat setempat.
Murid tidak dipungut bayaran, sedangkan masyarakat umum dipungut bayaran untuk
setiap buku yang dipinjamnya. Kalau pada tahun 1911 pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Hindia Belanda mendirikan Indonesische Volksblibliotheken, maka
pada tahun 1916 didirikan Nederlandsche Volksblibliotheken yang
digabungkan dalam Holland-Inlandsche School (H.I.S). H.I.S. merupakan
sejenis sekolah lanjutan dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda. Tujuan Nederlandsche
Volksblibliotheken adalah untuk memenuhi keperluan bacaan para guru dan
murid. Di Batavia tercatat beberapa sekolahswasta, diantaranya sekolah milik
Tiong Hoa, Hwe Koan, yang memiliki perpustakaan. Sekolah tersebut menerima
bantuan buku dari Commercial Press (Shanghai)
dan Chung Hua Book Co. (Shanghai).
Sebenarnya sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan perpustakaan sekolah,
pihak swasta terlebih dahulu mendirikan perpustakaan yang mirip dengan
pengertian perpustakaan umum dewasa ini.
Pada tahun awal tahun 1910 berdiri Openbare
leeszalen. Istilah ini mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah ruang
baca umum. Openbare leeszalen ini didirikan oleh antara lain Loge der
Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging, dan Maatschappij tot
Nut van het Algemeen. Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi
di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an yaitu mengikuti berdirinya
sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde Hoogeschool di Batavia
(1927) dan kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische
Hoogescholl di Bandung (1920), Fakultait van Landbouwwentenschap (er
Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941), Rechtshoogeschool di Batavia
(1924), dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia (1940). Setiap sekolah
tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu
sama lain. Pada jaman Hindia Belanda juga berkembang sejenis
perpustakaan komersial yang dikenal dengan nama Huurbibliotheek atau
perpustakaan sewa. Perpustakaan sewa adalah perpustakaan yang
meminjamkan buku kepada kepada pemakainya dengan memungut uang sewa.
Pada saat itu tejadi persaingan
antara Volksbibliotheek dengan Huurbibliotheek. Sungguhpun
demikian dalam prakteknya terdapat perbedaan bahan bacaan yang
disediakan. Volksbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan populer
ilmiah, maka perpustakaan Huurbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan
bacaan berupa roman dalam bahasa Belanda, Inggris, Perancis, buku remaja
serta bacaan gadis remaja.
Pada masa penjajahan Jepang hampir
tidak ada perkembangan perpustakaan yang berarti. Jepang hanya
mengamankan beberapa gedung penting diantaranya Bataviaasch
Genootschap van Kunten Weetenschappen. Selama pendudukan Jepang openbare
leeszalen ditutup. Volkbibliotheek dijarah oleh rakyat dan
lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang kuat pada gedung
Bataviaasch Genootschap van Kunten Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 162
Weetenschappen maka koleksi perpustakaan ini dapat dipertahankan,
dan merupakan cikal bakal dari Perpustakaan Nasional. Perkembangan
pasca kemerdekaan mungkin dapat dimulai dari tahun 1950an yang
ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru. Pada tanggal 25 Agustus
1950 berdiri perpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan koleksi yang
menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia.
Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele
Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI
dengan pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah
RI. Kemudian oleh Pemerintah RI diubah menjadi Perpustakaan Sejarah
Politik dan Sosial Departemen P & K. Dalam rangka usaha melakukan
pemberantasan buta huruf di seluruh pelosok tanah air, telah
didirikan Perpustakaan Rakyat yang bertugas membantu usaha Jawatan
Pendidikan Masyarakat melakukan usaha pemberantasan buta huruf tersebut.
Pada periode ini juga lahir perpustakaan Negara yang berfungsi
sebagai perpustakaan umum dan didirikan di Ibukota Propinsi.
Perpustakaan Negara yang pertama
didirikan di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian disusul Ambon
(1952); Bandung (1953); Ujung Pandang (1954); Padang (1956); Palembang
(1957); Jakarta (1958); Palangkaraya, Singaraja, Mataram, Medan, Pekanbaru
dan Surabaya (1959). Setelah itu menyusul kemudian Perpustakaan Nagara
di Banjarmasin (1960); Manado
(1961); Kupang dan Samarinda (1964). Perpustakaan Negara ini
dikembangkan secara lintas instansional oleh tiga instansi yaitu Biro
Perpustakaan Departemen P & K yang membina secara teknis,
Perwakilan Departemen P & K yang membina secara administratif, dan
Pemerintah Daerah Tingkat Propinsi yang memberikan fasilitas.
2.1.3
Jenis – Jenis Perpustakaan
Jenis
– jenis perpustakaan yang ada dan berkembang di Indonesia menurut penyelenggaraan
dan tujuannya dibedakan menjadi :
Pertama : perpustakaan digital,
yaitu perpustakaan yang berbasis
teknologi digital atau mendapat bantuan komputer dalam seluruh aktifitas di
perpustakaannya secara menyeluruh. Contohnya : Buku atau informasi dalam format
electiric book, piringan, pita magnetik, CD atau DVD rom.
Kedua : Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, yaitu disebut juga dengan Perpustakaan Nasional, adalah
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang berkedudukan di Ibukota Negara.
Ketiga : perpustakaan Provinsi, adalah
Lembaga Teknis Daerah Bidang Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan
perpustakaan di wilayah provinsi serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada
masyarakat.
Keempat : Perpustakaan Kabupaten/Kota
adalah Lembaga Teknis Daerah Bidang Perpustakaan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengembangan perpustakaan di wilayah Kabupaten/Kota serta melaksanakan layanan
perpustakaan kepada masyarakat umum.
Kelima : perpustakaan umum adalah perpustakaan
yang ada di bawah lembaga yang mengawasinya. Perpustakaan umum terbagi atas :
Perpustakaan Umum Kecamatan, adalah Perpustakaan yang berada di Kecamatan
sebagai cabang layanan Perpustakaan Kabupaten/Kota yang layanannya diperuntukkan
bagi masyarakat di wilayah masing-masing. Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan
adalah perpustakaan yang berada di Desa/Kelurahan sebagai cabang layanan
Perpustakaan Kabupaten/Kota yang layanannya diperuntukkan bagi masyarakat di
desa/kelurahan masing-masing.
Keenam : Perpustakaan Khusus adalah
perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi- koleksi tokoh terkenal. Contohnya
: Perpustakaan Bung Hatta. Perpustakaan lembaga Pendidikan : Perpustakaan yang
berada di lingkungan lembaga pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, dan LSM). Contohnya
: perpustakaan Universitas. Pada perpustakaan tingkat PT, perpustakaan dapat
dibagi kembali menjadi dua, yaitu : perpustakaan pusat dan perpustakaan tingkat
fakultas.
Ketujuh : Perpustakaan Lembaga
Keagamaan adalah perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga keagamaan. Contohnya
: Perpustakaan Masjid, perpustakaan Gereja, dll. Perpustakaan Pribadi :
Perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi sendiri dan dipergunakan dalam
ruang lingkup yang kecil. Contohnya : Perpustakaan keluarga.
2.1.4
Fungsi
perpustakaan
Adapun fungsi perpustakaan antara
lain :
Pertama : fungsi penyimpanan, bertugas
menyimpan koleksi (informasi) karena tidak mungkin semua koleksi dapat
dijangkau oleh perpustakaan.
Kedua : fungsi informasi, perpustakaan
berfungsi menyediakan berbagai informasi untuk masyarakat.
Ketiga : fungsi pendidikan, perpustakaan
menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik dilingkungan formal
maupun non formal.
Keempat : fungsi rekreasi, masyarakat dapat
menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber
informasi hiburan seperti : Novel, cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.
Kelima
: Fungsi kultural, perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan
apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas, seperti : pameran,
pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, seminar, dan sebagainya.
2.1.4 Pencarian Literatur Perpustakaan
2.1.5.1. Pencarian di katalog online
Adapun
langkah-langkah pencarian di katalog online adalah :
Pertama
: Ketik keyword (kata kunci) di menu pencarian. Keyword adalah satu atau
beberapa kata/istilah yang bebas dibentuk oleh pengguna, yang merupakan
presentasi dari topik atau judul literatur yang hendak dicari oleh pengguna.
Kedua
: Jika keyword tidak cocok dengan databaswe disistem, akan ada pemberitahuan
tidak ditemukan dokumen yang berkaitan dengan keyword yang sudah diketik,
artinya tidak ada literatur mengenai topik tersebut diperpustakaan.
Ketiga
: Jika keyword cocok dengan database disistem, katalog akan langsung
menampilkan satu atau beberapa record yang relevan dengan keyword tersebut. (Record
tersebut berisikan data dan informasi dari literatur yang ada diperpustakaan.
Data tersebut mencakup judul, pengarang, subjek, penerbit, tahun terbit,
deskripsi fisik, nomor panggil, dsb).
Keempat
: Pada record di katalog online itu, yang perlu diperhatikan adalah bagian
nomor panggil. Karena nomor panggil inilah yang akan menjadi penunjuk letak
buku, jurnal, deposit, referensi yang menjadi literatur/koleksi diperpustakaan.
2.1.5.2 Pencarian
di rak perpustakaan
Penyusunan
seluruh literatur/ koleksi di rak perpustakaan adalah berdasarkan nomor panggil
yang diurutkan secara ascending (7,2,3,...atau a,b,c) baik yang terdiri dari
angka dan huruf. Jadi nomor panggil itu menjadi pedoman/ patokan penting untuk
pustakawan dan pengguna ketika mencari letak literatur di rak perpustakaan.
Contoh
nomor panggil buku di perpustakaan :
Judul buku : Buku ajar ortopedi dan fraktur
sistem apley
Pengarang : A.Graham Apley &
Louis S

Pada setiap
dinding rak diperpustakaan, sudah ditempel beberapa nomor panggil yang akan
menjadi patokan letak dari buku yang hendak dicari oleh pengguna. Cari buku jurnal, referensi atau deposit
berdasarkan penunjuk 2 & 3 secara bergantian. Susunan buku dirak : nomor
panggil yang paling kecil dimulai dari sebelah kiri menuju sebelah kanan lalu
dilanjut lagi kebagian bawah kiri ke kanan. Demikianlah setereusnya.
2.1.5.3 Pencarian literatur secara online/ via
internet
Pengguna dapat mencar berbagaia
literatur via internet dengan memanfaatkan search engine yang sudah banyak
dikenal (seperti Google, Yahoo, altavista, Wikipedia, dll). Sebagian besar
dokumen tersebut dapat didownload secara gratis, dan ada juga yang
berlangganan. Cara pencarian hampir sama, yaitu dengan mengetik keyword pada
search engine, setelah dokumen terpanggil pengguna tinggal melakukan evaluasi,
apakah dokumen tersebut relevan dengan yang dia butuhkan.
No comments:
Post a Comment