PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DEMAM REUMATIK
DAN JANTUNG REUMATIK
Defenisi
jantung rematik
Penyakit jantung rematik adalah sebuah kondisi dimana
terjadi kerusakan permanen dari katup – katup jantung yang disebabkan oleh
demam rematik.penyakit jantung rematik (PJR) merupakan komplikasi yang
membahayakan dari demam rematik. Katup – katup jantung tersebut rusak karena
proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus β
hemoliticus tipe A (contoh:Streptococcus
pygenes). Yang bisa menyebabkan demam rematik. kurang lebih 39 % pasien dengan
demam rematik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari insufisiensi
katup, gagal jantung, perikarditis bahkan kematian. Dengan penyakit jantung
rematik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup dengan derajat
regurgitasi yang berbeda – beda, dilatasi atrium, aritmia dan disfungsi
ventrikel. Penyakit jantung rematik masih terjadi penyebab stenosis katup
mitral dan penggantian katup pda orang dewasa di Amerika serikat.
Demam
rematik
Demam rematik adalah
peradangan penyakit yang terjadi setelah Streptococcus pyogenes infeksi,
seperti faringitis streptokokus atau demam berdarah. Diyakini disebabkan oleh
antibodi lintas-reaktivitas yang dapat melibatkan jantung, sendi, kulit dan
otot, penyakit biasanya berkembang dua sampai tiga minggu setelah infeksi
streptokokus. Demam rematik akut sering muncul pada anak – anak usia 6 -15,
dengan hanya 20% dari pertama kali serangan yang terjadi pada orang dewasa.
2.2
EPIDEMIOLOGI DEMAM REUMATIK DAN
JANTUNG REUMATIK
2.2.1
Epidemiologi jantung rematik
Demam rematik (demam reumatik) masih sering didapati pada anak di negara
berkembang dan sering mengenai anak usia antara 5 – 15 tahun. Pada tahun 1944
diperkirakan diseluruh dunia terdapat 12 juta penderita demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik dan sekitar 3 juta mengalami gagal jantung dan
memerlukan rawat inap berulang di rumah sakit. Prevalensinya dinegara sedang
berkembang berkisar antara 7,9 sampai 12,6 per 1000 anak sekolah dan relatif
stabil.
Data terakhir mengenai prevalensi demam rematik di Indonesia untuk tahun
1981 – 1990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah
dibanding negara berkembang lainnya 5,13. Statistik rumah sakit di negara
sedang berkembang menunjukkan sekitar 10 – 35 persen dari penderita penyakit jantung
yang masuk kerumah sakit adalah penderita demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik. Data yang berasal dari negara berkembang memperlihatkan mortalitas
karena demam reumatik dan penyakit jantung reumatik masih merupakan problem dan
kematian karena demam reumatik akut terdapat pada anak dan dewasa muda. Di
negara maju insiden demam reumatik dan prevalensi penyakit jantung reumatik
sudah jauh berkurang dan bahkan sudah tidak dijumpai lagi, tetapi akhir-akhir
ini dilaporkan memperlihatkan peningkatan dibeberapa negara maju 13. Dilaporkan
dibeberapa tempat di Amerika Serikat pada pertengahan dan akhir tahun 1980an
telah terjadi peningkatan insidens demam reumatik, demikian juga pada populasi
aborigin di Australia dan New Zealand dilaporkan peningkatan penyakit ini.
Tidak semua penderita infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi
Streptokokus β hemolitik grup A menderita demam reumatik. Sekitar 3 persen dari
penderita infeksi saluran nafas atas terhadap Streptokokus β hemolitik grup A
di barak militer pada masa epidemi yang menderita demam reumatik dan hanya 0,4
persen didapati pada anak yang tidak diobati setelah epidemi infeksi
Streptokokus β hemolitik grup A pada populasi masyarakat sipil. Dalam laporan
WHO Expert consultation Geneva, 29 October–1 November 2001 yang diterbitkan
tahun 2004 angka mortalitas untuk penyakit jantung reumatik 0,5 per 100.000
penduduk di negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk dinegara berkembang dan
didaerah Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan Indonesia 100.000.
Diperkirakan sekitar 2000 – 332.000 yang meninggal diseluruh dunia karena
penyakit tersebut. Angka disabilitas pertahun (The disability-adjusted life
years (DALYs)1 lost) akibat penyakit jantung reumatik diperkirakan sekitar
27,4 per 100.000 dinegara maju hingga 173,4 per 100.000 dinegara berkembang
yang secara ekonomis sangat merugikan.
2.2.2
Epidemiologi Deman Rematik
Meskipun
individu individu segala umur dapat diserang oleh Dr akut, tetapi DR ini banyak
terdapat pada anak anak dan oaring usia ( 1-15 tahun) (Rosenthal,1968). Ada dua
keadaan terpenting dari segi epidemiologic pada DR akut ini yaitu kemiskinan
dan kepadatan penduduk.
Tetapi
pada saat wabah DR tahun 1980 di amerika pasien pasien anak yang terserang juga
pada pada kelompok ekonomi menengah dan
atas. Setelah perang dunia ke dua dilaporkan bahwa di amerika dan eropa insiden DR menuruna, tetapi DR masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Negara Negara berkembang.
Pada
penelitian di bawah ini terlihat insiden DR dan PJR di eropa dan amerika
menurun sedangkan di Negara tropis dan
sub tropis masih terlihat peningkatan yang agresip, seperti kegawatan karditis
dan payah jantung yang meningkat.
Majed melaporkan insiden DR di beberapa
Negara ternyata insiden yang tinggi dari karditis adalah anak muda dan
teerjadinya kelainan katup jantung adalah sebagai akibat kekurangan kemampuan
untuk melakukan pencegahan sekunder DR dan PJR. Taranta A DAN Markowictz M,
1998 melaporkan bahwa DR adalah peneyebab utama terjadinya penyakit jantung
untukn usia 5-30 tahun. DR dan PJR adalah penyebab utama kematian penyakit
jantung untuk usia dibawah 45
tahun, juga dilaporkan 25-40% penyakit
jantung disebabkan oleh PJR untuk semua umur.
2.3 ETIOLOGI
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Streptococcus
Beta Hemolyticus Group A merupakan agen pencetus yang menyebabkan terjadinya
demam reumatik akut,walaupun mekanisme patogenetik yang tetap tidak
terjelaskan.tidak semua serotip Streptococcus Beta Hemolyticsus Group A dapat menimbulkan demam reumatik.Bila
beberapa strain (missal,M tipe 4) ada pada populasi yang amat rentan
reumatik,tidak terjadi reumatik ulang.sebaliknya serotip lain yang lazim pada
populasi yang sama menyebabkan angka serangan berulang 20-50% dari mereka yang
dengan faringitis.konsep Reumatogenesitas lebih lanjut didukung oleh penelitian
yang member kesan bahwa serotip-serotip Streptococcus Beta Hemolyticus Group A
yang sering dihubungkan dengan infeksi kulit,biasanya serotip yang lebih
tinggi,sering diisolasi dari saluran pernapasan atas tetapi jarang menyebabkan
kumat demam reumatik pada individu yang sebelumnya dengan riwayat demam
reumatik.selanjutnya,serotip tertentu Streptococcus
Beta Hemolyticus Group A (Misal : M tipe 1,3,5,6,18,24) lebih sering diisolasi
dari penderita dengan demam reumatik akut daripada serotip
lain.namun,karena serotip tidak
diketahui pada saat diagnosis klinis faringitis streptokokus,klinis harus
menganggap bahwa semua streptokokus group A mempunyai kemampuan menyebabkan demam
Reumatik dan karenanya dari semua episode faringitis streptokokus harus
diobati.
2.4 KLASIFIKASI
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
2.4.1.Klasifikasi
Demam Rematik
Demam rematik adalah suatu penyakit
immunitas sistematik di klasifikasikan dalam demam rematik akut dan demam
rematik kronik yang dapat sembuh sendiri. Sesuai dengan adanya bukti
sterptokokus beta Hemolitikus grup A, diagnosa demam rematik dapat
diklasifikasikan menjadi Karditis, Poliartritis migrans, Khorea, Nodul
subkutan, Eritema marginatum, Demam.
2.4.2 Klasifikasi PJR
PJR lebih sering terjadi pada
penderita yang menderita keterlibatan jantungyang berat padaserangan DR akut.
PJR kronik dapat ditemukan tanpa adanyariwayat DR akut. Hal ini
terutamadidapatkan pada penderita dewasa denganditemukannya kelainan katup.
Kemungkinan sebelumnyapenderita tersebutmengalami serangan karditis rematik
subklinis, sehingga tidak berobat dantidak didiagnosis pada stadium akut.
Kelainan katup yang paling sering ditemukan adalah pada katupmitral, kira-kira tiga
kali lebih banyak daripada katup aorta. Klasifikasi PJR memiliki 4 (empat)
bagian,di antaranya insufisiensi mitral,stenosis mitral, insufisiensi aorta,
dan stenosis aorta.
a.
Insufisiensi Mitral (Regurgitasi Mitral)
Insufisiensi mitral merupakan lesi yang
paling sering ditemukan pada masaanak-anak dan remajadengan PJR kronik. Pada
keadaan ini bisa juga terjadi pemendekan katup, sehingga daun katup tidakdapat
tertutup dengan sempurna. Penutupan katup mitral yang tidak sempurna
menyebabkanterjadinya regurgitasidarah dari ventrikel kiri ke atrium kiri
selama fase sistol. Pada kelainan ringantidak terdapat kardiomegali, karena
beban volume maupun kerja jantung kiri tidak bertambahsecara bermakna. Hal ini
bisa dikatakan bahwa insufisiensi mitralmerupakan klasifikasi ringan,karena
tidak terdapat kardiomegali yang merupakansalah satu gejala gagal
jantung.Tanda-tanda fisik insufisiensi mitral utama tergantung pada
keparahannya.Pada penyakit ringan,tanda-tanda gagal jantung tidak akan ada.
Pada insufisiensi berat, terdapat tanda-tanda gagal jantung kongestif
kronis, meliputi kelelahan, lemah, berat badan turun, pucat.
b. Stenosis Mitral
Stenosis mitral merupakan kelainan katup yang paling
sering diakibatkan olehPJR. Perlekatan antardaun-daun katup, selain dapat menimbulkan
insufisiensi mitral(tidak dapat menutup sempurna) jugadapat menyebabkan
stenosis mitral (tidak dapatmembuka sempurna). Ini akan menyebabkan
beban jantung kanan akan bertambah,sehingga terjadi hipertrofi ventrikel
kanan yangdapat menyebabkan gagal jantungkanan. Dengan terjadinya gagal jantung
kanan, stenosis mitraltermasuk ke dalamkondisi yang berat
c.
Insufisiensi Aorta (Regurgitasi Aorta)
PJR menyebabkan sekitar 50% kasus regurgitasi aorta.
Pada sebagian besar kasus ini terdapatpenyakit katup mitralis serta stenosis
aorta. Regurgitasi aortadapat disebabkan oleh dilatasi aorta,yaitu penyakit
pangkal aorta. Kelainan inidapat terjadi sejak awal perjalanan penyakit
akibatperubahan-perubahan yang terjadisetelah proses radang rematik pada katup
aorta. Insufisiensi aorta ringan bersifatasimtomatik. Oleh karena itu,
insufisiensi aorta juga bisa dikatakansebagaiklasifikasi PJR yang ringan.
Tetapi apabila penderita PJR memiliki insufisiensi mitraldaninsufisiensi aorta,
maka klasifikasi tersebut dapat dikatakan sebagai klasifikasiPJR yang sedang.
Halini dapat dikaitkan bahwa insufisiensi mitral dan insufisiensi aorta
memiliki peluang untuk menjadiklasifikasi berat, karena dapat menyebabkangagal
jantung.
d. Stenosis
aorta
Stenosis aorta adalah obstruksi aliran
darah dari ventrikel kiri ke aorta dimana lokasi obstruksi dapatterjadi di
valvuler, supravalvuler, dan subvalvuler.Gejala-gejala stenosis aorta akan
dirasakanpenderita setelah penyakit berjalan lanjuttermasuk gagal jantung dan
kematian mendadak.Pemeriksaan fisik pada stenosisaorta yang berat didapatkan
tekanan nadi menyempit dan lonjakandenyut arterimelambat.
2.5 PATOFISIOLOGI
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
2.5.1 Patofisiologi
Penyakit Jantung rematik
Demam reumatik yang
mengakibatkan PJR terjadi akibat sensitasi dari antigenSGA setelah 1-4 minggu
infeksi Streptococcus Grup A beta hemolitikus di faring. Terdapat dua mekanisme
yang diajukan sebagai pathogenesis dari demam reumatik :
- Respons hiperimun yang bersifat autoimun maupun alergi,
- Efek langsung organisme streptococcus atau toksinnya.
Yang paling dapat
diterima adalah mekanisme pertama yaitu dari sudut imunologi, dimana reaksi
autoimun terhadap infeksi streptococcus akan menyebabkan kerusakan jaringan
atau manifestasi demam reumatik, dengan cara :
- Streptococcus grup A akan menyebabkan infeksi faring,
- Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibody pada pejamu yang hiperimun,
- Antibodi akan bereaksi dengan antigen streptococcus, dan dengan jaringan pejamu yang secara antigenic sama seperti streptococcus,
- Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
Kerusakan
jaringan yang disebabkan tersebut berupa peradangan difus yang menyerang jaringan ikat
berbagai organ, terutama jantung, sendi dan kulit. Terserangnya jantung
merupakan keadaan yang sangat penting, karena :
- Kematian pada fase akut, yang sebagian besar karena gagal jantung.
- Kecacatan jantung, yang sebagian besar oleh adanya deformitas katup.
Keterlibatan jantung
pada penyakit demam rematik dapat mengenai setiap komponen jaringannya. Proses
radang selama karditis akut paling sering terbatas pada endokardium dan
miokardium, namun pada pasien dengan miokaditis berat, pericardium dapat juga
terlibat. Peradangan di endokardium
biasanya mengenai endotel katup, sekitar 50%kasus adalah katup mitral, yang
mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir katup yang ditunjukkan
dengan adanya vegetasi seperti manik-manik (verruceae) di sepanjang
pinggir daun katup. Proses ini mengganggu penutupan katup yang efektif,
mengakibatkan regurgitasi katup. Jika tidak ada pembalikan proses dan penyembuhan, proses ini akhirnya akan
menyebabkan stenosis dan perubahan pengapuran yang kasar, yang terjadi beberapa
tahun pasca serangan.
Peradangan
di miokardium, terdapat pembentukan lesi nodular yang
khas pada dinding jantung berupa sel Aschoff yang terdiri dari infiltrat
perivaskuler sel besar dengan inti polimorf dan sitoplasma basofil tersusun
dalam roset sekeliling pusat fibrinoid yang avaskular. Peradangan Perikardium,
adanya penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikard yang disebut
sebagai efusi perikard. Dan hal ini mengganggu pengisian ventrikel sehingga
volume sekuncup berkurang.
Bila terjadi karditis seluruh
lapisan jantung akan dikenai. Perikarditis paling sering terjadi dan
perikarditis fibrinosa kadang-kadang didapati. Pada keadaan fatal, keterlibatan
miokard menyebabkan pembesaran semua ruang jantung. Pada miokardium mula-mula
didapati fragmentasi serabut kolagen, infiltrasi limfosit, dan degenerasi
fibrinoid dan diikuti didapatinya nodul aschoff di miokard yang merupakan
patognomonik DR.
2.5.1.1
Patofisiologi insufisiensi mitra
Insufisiensi ini merupakan akibat
perubahan struktur yang biasanya meliputi kehilangan bahan valvuler dan
pemendekan serta penebalan kordae tendinea. Selama demam rematik akut dengan
keterlibatan jantung berat, gagal jantung kongestif paling sering disebabkan
oleh gabungan pengaruh mekanik insufisiensi mitral berat bersama dengan
penyakit radang yang dapat melibatkan perikardium, miokardium, endokardium dan
epikardium. Karena beban volume yang besar dan proses radang, ventrikel kiri
menjadi besar dan tidak efisien. Atrium kiri dilatasi ketika darah
beregugirtasi kedalam ruangan ini. Kenaikan tekanan atrium kiri mengakibatkan
kongesti pulmonal dan gejala-gejala gagal jantung sisi kiri. Pada kebanyakan
kasus insufisiensi mitral ada dalam kisaran ringan sampai sedang. Bahkan, pada
penderita-penderita yang pada permulaannya insufisiensi berat, biasanya kemudian
ada perbaikan spontan. Hasilnya lesi kronis paling sering ringan atau sedang,
dan penderita akan tidak bergejala. Lebih separuh penderita dengan insufisiensi
mitral selama serangan akut akan tidak lagi mempunyai bising akibat mitral
setahun kemudian. Namun, pada penderita dengan insufisiensi mitral kronis,
berat, tekanan ateria pulmonalis menjadi naik, pembesaran ventrikel dan atrium
kanan dan yang selanjutnya akan terjadi gagal jantung sisi kanan.
2.5.1.2
Patofisiologi stenosis mitral reumatik
Stenosis mitral reumatik adalah
akibat fibrosis cincin mitral, perlekatan komisura, dan kontraktur daun katup,
korda, dan muskulus papilare selama periode waktu yang lama. Stenosis ini
biasanya 10 tahun atau lebih agar lesi menjadi betul-betul tegak, walaupun prosesnya
kadang-kadang dapat dipercepat. Stenosis mitral reumatik jarang ditemukan
sebelum remaja dan biasanya tidak dikenali sampai umur dewasa. Stenosis mitral
secara klinis diketahui jika lubang katup mengurang sampai 25% atau kurang dari
lubang katup yang diharapkan normal. Pengurangan demikian berakibat kenaikan
tekanan pada pembesaran serta hifertrofi atrium kiri. Kenaikan menyebabkan
hifertensi vena pulmonalis, kenaikan tahanan vaskuler pulmonal dan hipertensi
pulmonal. Dilatasi ventrikel dan atrium kanan, dan terjadi hipertrofi dengan
disertai gagal jantung sisi kanan.
2.5.2
Patofisiologi
Demam Rematik
Streptococcus
beta-hemolyticus grup A dikenali oleh karena morfologi koloninya dan
kemampuannya untuk menimbulkan hemolisis. Sel ini terdiri dari sitoplasma yang
dikelilingi oleh tiga lapisan membrane, yang disusun terutama dari tiga
komponen.
(1) Komponen bagian dalam
adalahpeptidoglikan, yang memberi kekakuan dinding sel, menimbulkan arthritis,
sertareaksi nodular pada kulit binatang percobaan.
(2) Komponen kedua adalahpolisakarida
dinding sel, atau karbohidrat spesifik grup. Struktur imunokimia komponen ini
menetukan serogrupnya.
Karbohidrat grup A merupakan polimer
polisakarida, yang terdiri dari pendukung utama Ramnose dengan rantai samping
yang diakhiri ujung terminalN-asetilgluktosamin. Karbohidrat ini terbukti
memiliki determinan antigenicbersama dengan glikoprotein pada katup jantung
manusia.
(3) Komponenketiga terdiri dari mosaic
protein yang dilabel sebagai protein M, R dan T. Dariketiga protein ini yang
terpenting adalah protein M, yakni antigen spesifik tipe dari streptococcus group A.
Adanya protein M pada
permukaan streptokokus menghambat fagositosis; hambatan tersebut dinetralkan
oleh antibody terhadap protein M,yaitu antibody spesifik tipe. Dari permukaan
keluar bentuk menyerupai rambut merupakan lapisan fimbriae yang tersusun oleh
asam lipoteikoat. Komponen ini penting dalam perlekatan (adherence)
streptokokus terhadap sel epitel. Beberapa strain streptokokus grup A, terutama
yang ditemukan dari demam reumatik, mempunyai kapsul mukoid yang terdiri dari
asam hialuronat. Kapsultersebut hanya kadang-kadang ada, kemungkinan karena
hidrolisis olehhialuronidase yang dihasilkan selama masa pertumbuhan
mikroorganisme.Disamping hialuronidase, streptokokus grup A juga
menghasilkansejumlah enzim ekstraselular, termasuk dua hemolisin atau
streptolisin (tipe Syang stabil pada oksigen dan O yang labil pada oksigen).
Hemolisin bekerjapada sel darah merah dan menyebabkan hemolisis di sekitar
kolonistreptokokus. Kebanyakan streptokokus grup A menghasilkan toksin
eritrogenik yang menyebabkan ruam pada kulit dan skarlatina; streptokinase
yang berfungsi sebagai activator sistem fibrinolitik nikotianmid adenine
dinikleotidase;proteinase; amylase dan esterase Empat isoenzim DNAse (A, B, C,
D) dihasilkandalam jumlah yang berbeda-beda oleh strain yang berbeda. Isoenzim
DNAse Bdihasilkan oleh streptokokus grup A yang tersebar dimana-mana.
Pengelepasan enzim
streptokokus ke dalam pejamu pada waktu terjadiinfeksi merangsang pembentukan
antibodi, kecuali streptolisin S, yang pada manusia tidak imunogenik. Uji
antibodi streptokokus didasarkan padaimunogenitas produk. Dalam uji ini, serum
diuji untuk mendeteksi antibodyneutralisasi terhadap satu atau lebih enzim.
Kenaikan titer antibody lebih darinormal atau kenaikan titer yang bermakna
antara serum akut dan konvalesensbukti infeksi sebelumnya.
Kerentanan Pejamu Penelitian
epidemiologis menunjukan bahwa hanya sebagian kecil (2 sampai 3%) yang
menderita faringitis streptokokus menderita demam reumatik, tetapiangka
kejadian penderita demam reumatik adalah 50%. Hal ini memberi kesanadanya
kerentanan pejamu terhadap demam reumatik akut.Penelitian mutakhir memberikan
tambahan bukti. Pemeriksaan fenotip Human Leucocyt Antigen (HLA) terhadap demam
reumatik menunjukanhubungan alloantigen sel B spesifik, dikenal dengan antibodi
monoclonal,dengan status reumatikus. Penelitian lain menunjukan insiden petanda
HLAtinggi pada pasien demam reumatik. Antigen HLA-DR4 dan HLA-DR2 masing-masing
lebih sering terdapat pada pasien demam reumatik ras kaukasoid dan kulit hitam
dibandingkan pada populasi sehat; hal ini mendukung konsep predisposisi genetik
pada demam reumatik.
Nodul aschoff terdiri dari
area nekrosis sentral yang dikelilingi limfosit, sel plasma, sel mononukleus
yang besar dan sel giant multinukleus. Beberapa sel mempunyai inti yang
memanjang dengan area yang jernih dalam membran inti yang disebut Anitschkow
myocytes. Nodul Aschoff bisa didapati pada spesimen biopsi endomiokard
penderita DR. Keterlibatan endokard menyebabkan valvulitis rematik kronis.
Fibrin kecil, vegetasi verrukous, berdiameter 1-2 mm bisa dilihat pada
permukaan atrium pada tempat koaptasi katup dan korda tendinea. Meskipun
vegetasi tidak didapati, bisa didapati peradangan dan edema dari daun katup.
Penebalan dan fibrotik pada dinding posterior atrium kiri bisa didapati dan
dipercaya akibat efek jet regurgitasi mitral yang mengenai dinding atrium kiri.
Proses penyembuhan valvulitis memulai pembentukan granulasi dan fibrosis daun
katup dan fusi korda tendinea yang mengakibatkan stenosis atau insuffisiensi
katup. Katup mitral paling sering dikenai diikuti katup aorta. Katup trikuspid
dan pulmonal biasanya jarang dikenai.
Dasar kelainan patologi demam rematik ialah reaksi inflamasi
eksudatif dan proliferatif jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap hanya
terjadi pada jantung, organ lain seperti ; sendi, kulit, paru, pembuluh darah,
jaringan otak dan lain-lain dapat terkena tetapi reversibel.
Yang terjadi di Jantung
Baik perikardium,
miokardium, dan endokardium dapat terkena. Miokarditis dapat ringan berupa
infiltrasi sel-sel radang, tetapi dapat berat sehingga terjadi dilatasi jantung
yang dapat berakibat fatal.
Bila peradangan berlanjut,
timbullah badan-badan Aschoff yang kelak dapat meninggalkan jaringan parut
diantara otot jantung. Perikarditis dapat mengenai lapisan viseral maupun
parietal perikardium dengan eksudasi fibrinosa. Jumlah efusi perikard dapat
bervariasi tetapi biasanya tidak banyak, bisa keruh tetapi tidak pernah
purulen.
Bila berlangsung lama dapat
berakibat terjadinya adesi perikardium viseral dan parietal. Endokarditis
merupakan kelainan terpenting, terutama peradangan pada katup-katup jantung.
Semua katup dapat terkena, tetapi katup jantung kiri (mitral dan aorta) yang
paling sering menderita, sedangkan katup trikuspidalis dan pulmonal jarang
terkena. Mula-mula terjadi edema dan reaksi seluler seluler akut yang mengenai
katup dan korda tendinae. Kemudian terjadi vegetasi mirip veruka di tepi
daun-daun katup. Secara mikroskopis vegetasi ini masa hialin. Bila menyembuh
akan terjadi penebalan dan kerusakan daun katup yang dapat menetap dan dapat
mengakibatkan kebocoran katup.
Yang terjadi di organ-organ lain
Sendi-sendi paling sering terkena.
Terjadi peradangan eksudatif dengan degenerasi fibrinoid sinovium.
Nodul subkutan secara histologis terdiri
dari jaringan nekrotik fibrinoid dikelilingi oleh sel-sel jaringan ikat, mirip
badan aschoff.
Di jaringan otak dapat
terjadi infiltrasi sel bulat di sekitar pembuluh darah kecil. Kelainan tersebut
letaknya tersebar di korteks, serebellum dan ganglia basal. Kelainan-kelainan
pada susunan saraf pusat ini tidak dapat menerangkan terjadinya korea; kelainan
tersebut dapat ditemukan pada penderita demam rematik yang meninggal dan
diautopsi tetapi sebelumnya tidak pernah menunjukkan gejala korea.
Pada paru dapat terjadi
pneumonia dengan tanda-tanda perdarahan. Kelainan pembuluh darah dapat terjadi
dimana-mana, terutama pembuluh darah kecil yang menunjukkan pembengkakan dan
proliferasi endotel.
Glomerulonefritis ringan dapat terjadi
akibat reuma.

Gambar:
Pathofisiology demam rematik


Gambar:
Skema Patofisiologi Penyakit jantung Rematik
2.6
PATOGENESIS
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Meskipun
pengetahuan tentang penyakit ini serta
penelitian terhadap kuman beta-streptococcus hemolyticus grup A sudah
berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum
diketahui.
Pada
umumnya, para ahli sependapat bahwa demam reumatik yang mengakibatkan penyakit
jantung reumatik yang terjadi akibat sensitasi dari antigen streptococcus
sesudah 1-4 minggu infeksi streptococcus difaring.lebih kurang 95% pasien
menunjukkan peninggian titer
antistreptoksi-O (ASTO),antideoksiribonukleat B (anti DNA –ase B) yang
merupakan 2 macam tes yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman streptococcus.
Penelitian-penelitian
lain kebanyakan menyokong mekanisme autoimunitas atas dasar reaksi antigen
antibody terhadap antigen streptococcus.salah satu antigen tersebut adalah
protein-M streptococcus .pada serum pasien demam reumatik akut ditemukan
antibody dan antigen. Antibodi yang terbentuk bukan bersifat kekebalan. Dan
reaksi ini dapat ditemukan pada miokard, otot skelet dan sel otot polos. Dengan
imunoflorensi dapat ditemukan immunoglobulinnya dan komplemen pada sarkolema
miokard.
2.7
GAMBARAN
KLINIS DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Gambaran Klinis
Perjalanan
klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat di bagi dalam 4
stadium.
Stadium
I
Stadium
ini berupa infeksi saluran atas bagian atas oleh kuman Beta-Streptococcus
hemolyticus grup A. Seperti infeksi saluran nafas pada umumnya, keluhan
biasanya berupa demam,batuk,rasa sakit
waktu menelan,tidak jarang di sertai muntah bahkan pada anak kecil dapat
terjadi diare. Pada pemeriksaan fisis sering di dapatkan eksudatdi tonsil yang
menyertai tanda-tanda peradangan lainnya. Kelenjar getah bening submandibular
sering kali membesar. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Para peneliti mencatat 50-90% riwayat infeksi
saluran nafas bagian atas pada penderita demam reumatik/penyakit jantung
reumatik, yang biasanya terjadi 10-14 hari sebelum manifestasi pertama demam
reumatik/penyakit jantung reumatik.
Stadium II
Stadium
ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi Streptococcus dengan
permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu,
kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Yang
dimaksud dengan stadium III ini ialah
fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinis
demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum dan manifestasi spesifik demam
reumatik/penyakit jan tung reumatik.
Gejala peradangan umum
Biasanya
penderita mengalami demam yang tidak tinggi tanpa pola tertentu. Anak menjadi
lesu,anoreksia,lekas tersinggung dan berat badan tampak menurun. Anak kelihatan
pucat karena anemia akibat tertekannya eritropoesis. Bertambahnya volume plasma
serta memendeknya umur eritrosi. Dapat pula terjadi epitaksis dan bila banyak
dapat menambah berat derajat anemia.
Artralgia
, rasa sakit disekitar sendi selama
beberapa hari /minggu juga sering didapatkan; rasa sakit akan bertambah bila
anak melakukan latihan fisis. Gejala klinis lain yang dapat timbul ialah sakit
perut, yang kadang-kadang bisa sangat hebat sehingga menyerupai apendisitis
akut. Sakit perut ini akan member respons cepat dengan pemberian salisilat.
Pada
pemeriksaan laboratorium akan didapatkan tanda-tanda reaksi peradangan akut
berupa terdapatnhya C-reactive protein dan leukositosis serta meningginya laju
endap darah. Titer ASTO meninggi pada kira-kira 80% kasus. Pada pemeriksaan EKG
dapat jumpai pemanjangan interval P-R (blok AV derajat I).
Sebagai
gejala-gejala peradangan umum ini penting untuk diagnosis dan dikelompokan
sebagai gejala minor.
2.8
ANAMNESIS
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Diagnosis pada
demam rematik memerlukan anamnesis dan pemeriksaan fisikyang teliti. Biasanya
pasien datang dengan tanda-tanda Karditis, disebabkankarena
gejala-gejala poliartritis akan sembuh dengan sempurna dalam beberapaminggu.
1.
Tanyakan identitas pasien
2.
tanyakan keluhan utama
dan telusuri keluhan utama
dan telusuri keluhan utama
• Infeksi tenggorokan
apakah ada keluhan nyeri menelan sebelumnya?
Apakah disertai gejala batuk dan mata merah?
Adakah keluhan demam?
Adakah nyeri tekan pada kelenjar leher?
• Polartritis
Apakah ada bengkak yang terjadi
tiba-tiba pada sendi-sendi besar(lutut, pergelangan kaki atau tangan,
paha,lengan, siku dan bahu)sebelumnya?
Apakah bengkak pada sendi simetris dan berpindah?
Apakah bengkak tersebut disertai nyeri?
• Karditis
Adakah sesak? Apakah sesak
dipengaruhi aktivitas?---dipsnoe ---oneffort
Adakah sesak pada malam hari? (Paroxysmal Nocturnal
Dyspnea)
Adakah sesak yang terjadi pada
posisi berbaring dan hilang padaposisi duduk? (orthopnea)
Adakah nyeri dada? Bagaimanakah sifat nyeri?
Adakah pembengkakan (udem)?
• Korea
Adakah gerakan-gerakan yang tidak disadari?
Adakah kelemahan otot?
Adakah ketidakstabilan emosi?
• Eritema
marginatum
Adakah
bercak kemerahan yang tidak gatal?
Apakah
bercaknya seakan-akan menjauhi pusat lingkaran?
Apakah
bercak berpindah-pindah?
• Nodul
Subkutan
Adakah
teraba massa padat?
Apakah massa
tersebut tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulitdi atasnya?
Riwayat
medis dimasa lalu
Kondisi
sebelumnya (termasuk masa kanak-kanak) dan terkait, seperti infark miokard,
hipertensi, diabetes, demam reumatik. Informasi resep dan obat lainnya, serta
kepatuhan pasien. Tinjauan kembali tekanan darah, kadar lipid, rontgen toraks,
dan EKG sebelumnya.
3.
Riwayat keluarga,
pekerjaan,dan sosial
4.
Riwayat keluarga
5.
Hal-hal yang
memperberat dan memperingan
6.
Aktivitas, iklim,
makanan, kebiasaan dan Obat-obatan
2.9
PEMERIKSAAN
FISIK DAN DIAGNOSIS
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
2.9.1
PEMERIKSAAN FISIK DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
1. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah,frekuensi pernapasan,denyut
nadi,berat badan,tinggi badan. Pemeriksaan tanda vital pada pasien ini
berfungsi untuk mengetahui kondisi umum dari pasien. Pada penderita demam
jantung rematik dengan komplikasi yang parah seperti insufisiensi mitral akan
didapatkan tanda-tanda gagal jantung yaitu dispnea dan mungkin juga terjadi denyut nadi yang
cepat untuk mengkompesasi kekurangan aliran darah yang masuk ke aorta. Beberapa
kelainan dari tanda vital juga akan diketemukan pada penyakit jantung rematik
dengan komplikasi yang lain. Berat badan dan tinggi badan juga merupakan suatu
pertanda penting untuk membedakan suatu penyakit jantung bawaan maupun didapat.
Sebagian besar penyakit jantung bawaan akan menunjukkan keterlambatan tumbuh
kembang dari anak terserbut.
2. inspeksi
- Memperhatikan gerakan-gerakan lain pada dindingdada
Pada pemeriksaan inspeksi perlu diperhatikan adanya sesak napas,pernapasan
cuping hidung,sianosis,pembengkakan pada
sendi,melihat apakah denyut jantung terlihat di permukaan kulit atau tidak.
Adanya pernapasan cuping hidung,sianosis merupakan pertanada adanya gejala dari
gagal jantung ataupun kelainan dari pada jantung. Pembengkakan sendi merupakan
salah satu kriteria major jones sehingga patut menjadi perhatian utama untuk
mendiagnosis penyakit jantung rematik. Denyut jantung yang terlihat juga dapat terjadi
karena beberapa sebab, mungkin terjadi karena terjadi kardiomegali yang cukup
besar atau anak tersebut sangat kurus.
3. Palpasi
-Meraba denyut jantung
Palpasi berguna untuk menekan sendi, dimana pada arthritis yang disebabkan
oleh demam rematik akan terjadi sakit. Palpasi juga penting untuk
memeriksa nodul subkutan, nodul subkutan pada demam jantung rematik dapat digerakan dan tidak sakit.
Pemeriksaan palpasi yang tidak kalah penting adalah menentukan ukuran dari
hati. Ukuran dari hati akan membesar apabila terjadi gagal jantung kanan yang
merupakan salah satu komplikasi lanjut dari penyakit jantung rematik.
4. Perkusi
- Mengetahui batas-batas jantung
Perkusi berguna untuk memeriksa apakah adanya perbesaran dari jantung. Pada
penderita kronis akan terjadi perbesaran jantung karena efek kompensasi.
5. auskultasi
-Mendengarkan bunyi-bunyi jantung
Pada pemerikssaan auskultasi berguna untuk mencari suara patologis dari
jantung. Pada penderita jantung rematik biasanya ditemukan murmur holosistolik
yang merupakan akibat dari insufisiensi katup mitral dan mungkin pada penderita
yang lebih lanjut disebabkan oleh insufisiensi katup trikuspidalis. Pada
pemeriksaan auskultasi juga mungkin ditemukan suara jantung ketiga yang
disebabkan keterlambatan penutupan atau percepatan penutupan dari katup-katup
jantung. Yang paling sering adalah kecepatan penutupan dari katup aorta yang
disebabkan oleh insufisiensi dari katup mitral.
2.9.2 DIAGNOSIS DEMAM REMATIK DAN PENYAKIT
JANTUNG REMATIK
Diagnosis demam rematik lazim didasarkan pada suatu
kriteria yang untuk pertama kali diajukan oleh T. Duchett
Jones dan, oleh karena itu kemudian dikenalsebagai kriteria Jones.
Kriteria Jones memuat kelompok kriteria mayor dan minor yang padadasarnya merupakan manifestasi klinik dan laboratorik demam rematik.
Pada perkembangan selanjutnya, kriteria ini kemudian diperbaiki oleh American Heart Association
dengan menambahkan bukti adanya infeksi
streptokokus sebelumnya. Apabila
ditemukan 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor, ditambah dengan bukti adanya infeksi
streptokokus sebelumnya, kemungkinan besar menandakan adanya demam rematik. Tanpa didukung bukti adanya infeksi streptokokus, maka diagnosis demam rematik harus selalu diragukan,
kecuali pada kasus demam rematik dengan manifestasi mayor tunggal berupa korea
Syndenham atau karditis derajat ringan, yang biasanya terjadi jika demam
rernatik baru muncul setelah masa laten yang lama dan infeksi
strepthkokus. Perlu diingat bahwa kriteria Jones tidak bersifat mutlak, tetapi
hanya sebagaisuatu pedoman dalam menentukan diagnosis demam rematik.
Kriteria ini bermanfaat untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kesalahan diagnosis,baik berupa overdiagnosis maupun
underdiagnosis.



Kriteria
Mayor
1)
Karditis
merupakan manifestasi klinik demam rematik yang paling
berat karenamerupakan satu-satunya manifestasi yang dapat mengakibatkan
kematian penderita pada fase akut
dan dapat menyebabkan kelainan katup sehingga terjadipenyakit jantung rematik.
Diagnosis karditis rematik dapat ditegakkan secara klinik berdasarkan adanya salah satu tanda berikut:
(a) bising baru atau perubahan sifat bising organik,
(b) kardiomegali,
(c) perikarditis, dan gagal jantung
kongestif. Bising jantung merupakan manifestasi karditis rematik yang
seringkali muncul pertama kali,
sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal
jantung kongestif biasanya baru timbul
pada keadaan yang lebih berat. Bising pada karditis rematik dapat berupa bising pansistol di daerah apeks (regurgitasi
mitral), bising awal diastol di daerah basal (regurgitasi aorta), dan
bising mid-diastol pada apeks (bising Carey-Coombs)yang timbul akibat adanya dilatasi ventrikel kiri.
2)
Poliartritis
ditandai oleh
adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba panas, dan keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih. Artritis pada demam
rematik paling sering mengenai
sendi-sendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini hanya berlangsung beberapa hari sampai seminggu pada satu sendi dan kemudian berpindah, sehingga dapat ditemukan artritis yang
saling tumpang tindih pada beberapa sendi pada waktu yang sama; sementara tanda-tanda radang
mereda pada satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu diingat bahwa
artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis)
tidak dapat dijadikan sebagai suatu kriteria mayor. Selain itu,
agar dapat digunakan sebagai suatu kriterium mayor, poliartritisharus disertai
sekurang-kurangnya dua kriteria minor, seperti demam dan kenaikan laju endap darah, serta harus didukung oleh adanya titer ASTO atau antibodiantistreptokokus
lainnya yang tinggi.
3)
Korea
secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari dan tidak bertujuanyang berlangsung cepat
dan umumnya bersifat bilateral, meskipun dapat
juga hanya mengenai satu sisi tubuh. Manifestasi demam rematik ini lazim
disertai kelemahan otot dan ketidak-stabilan emosi. Korea jarang
dijumpai pada penderita di bawah usia3 tahun atau setelah masa pubertas dan lazim terjadi pada perempuan.
KoreaSyndenham merupakan satu-satunya tanda
mayor yang sedemikian penting sehinggadapat
dianggap sebagai pertanda adanya demam rematik meskipun tidak ditemukankriteria
yang lain. Korea merupakan manifestasi demam rematik yang muncul secaralambat,
sehingga tanda dan gej ala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi padasaat
korea mulai timbul.
4)
Eritema marginatum
merupakan
wujud kelainan kulit yang khas pada demamrematik
dan tampak sebagai makula yang berwarna merah, pucat di bagian tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat atau
dengan tepi yang bergelombang dan meluassecara sentrifugal. Eritema marginatum juga dikenal sebagai eritema anularerematikum dan terutama timbul di daerah badan, pantat, anggota gerak bagian proksimal,
tetapi tidak pernah ditemukan di daerah wajah. Kelainan ini dapat bersifat sementara atau menetap, berpindah-pindah dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, dapat dicetuskan oleh pemberian
panas, dan memucat jika ditekan. Tanda mayor demam
rematik ini hanya ditemukan pada kasus yang berat.
5)
Nodulus subkutan
pada umumnya hanya dijumpai pada kasus yang berat dan terdapat di daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna
vertebralis. Nodul ini berupa massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan dari kulit diatasnya, dengan
diameter dan beberapa milimeter sampai sekitar 2 cm. Tanda ini pada
umumnya tidak akan ditemukan jika tidak terdapat karditis.
Kriteria
Minor
1)
Riwayar demam rematik sebelumnya
dapat digunakan sebagai salah satu kriteriaminor
apabila tercatat dengan baik sebagai suatu diagnosis yang didasarkan padakriteria obyektif yang sama.
Akan tetapi, riwayat demam rematik atau penyakit jantung rematik inaktif yang pernah diidap seorang penderita
seringkali tidak tercatatsecara baik sehingga sulit dipastikan kebenarannya,
atau bahkan tidak terdiagnosis
2)
Artralgia
Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa
disertai peradanganatau keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus
dibedakan dengan nyeri padaotot atau jaringan periartikular lainnya, atau
dengan nyeri sendi malam hari yanglazim terjadi pada
anak-anak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai kriteriaminor apabila
poliartritis sudah dipakai sebagai kriteria mayor.
3)
Demam
pada demam
rematik biasanya ringan,meskipun adakalanya mencapai39°C, terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung
sebagai suatudemam derajat ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan
pertanda infeksiyang tidak spesifik, dan
karena dapat dijumpai pada begitu banyak penyakit lain,kriteria minor
ini tidak memiliki arti diagnosis banding yang bermakna.
4)
Peningkatan kadar reaktan fase akut
berupa kenaikan laju endap darah, kadar protein C reaktif, serta leukositosis merupakan indikator nonspesifik
dan peradanganatau infeksi. Ketiga tanda
reaksi fase akut ini hampir selalu ditemukan pada demam rematik, kecuali jika
korea merupakan satu-satunya manifestasi mayor yangditemukan.
Perlu diingat bahwa laju endap darah juga meningkat pada kasus anemiadan
gagal jantung kongestif. Adapun protein C reaktif tidak meningkat pada anemia,akan tetapi mengalami kenaikan pada gagal
jantung kongestif. Laju endap darah dankadar protein C reaktif dapat
meningkat pada semua kasus infeksi, namun apabila protein C reaktif tidak
bertambah, maka kemungkinan adanya infeksi streptokokusakut dapat
dipertanyakan.
5)
Interval P-R yang memanjang
biasanya menunjukkan adanya keterlambatanabnormal
sistem konduksi pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai pada demam rematik, perubahan gambaran EKG ini
tidak spesifik untuk demamrematik. Selain itu,
interval P-R yang memanjang juga bukan merupakan pertandayang memadai akan adanya karditis rematik.
2.10
PEMERIKSAAN
PENUNJANG DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penyakit
Demam Reumatik akibat kumam Streptococcus
β hemolyticus Lancefield grup A pada tonsilofaringitis dengan masa laten
1-3 minggu (Morehead,1965).Sedangkan yang dimaksud dengan Penyakit Jantung
Reumatik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi akibat Demam Reumatik,atau
kelainan karditis reumatik (Taranta A dan Markowitz,1981).
Pemeriksaan
penunjang Demam Reumatik dan Jantung Reumatik :
A.Pemeriksaan
darah :
1. LED
tinggi sekali
2. Lekositosis
3. Nilai
hemoglobin dapat rendah
4. PCR
meningkat
B.Pemeriksaan
bakteriologi
Biakan hapus tenggorokan untuk
membuktikan adanya kuman streptococcus
C.Pemeriksaan
serologi
Titer ASTO, Antistreptokinase,
Antihyaluronidase
D.Elektrokardiogram
Pada
demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat menunjukkan pelbagai kelainan
sesuai dengan kelainan jantungnya.Yang paling sering ditemukan ialah
pemanjangan interval PR,yang dianggap sebagai salah satu gejala minor.
E.Bentuk
pemeriksaan paling akurat adalah dengan dilakukannya echocardiografi
untuk
melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
Demam
Reumatik dan Jantung Reumatik ditandai oleh pelbagai manifestasi klinis dan
laboratorium.Sampai saat ini tidak ada satu jenis pemeriksaan laboratorium yang
spesifik.Oleh karena itu diagnosis demam reumatik/jantung reumatik didasarkan
pada gabungan gejala dan tanda klinis serta kelainan laboratorium.
2.11
PENATALAKSANAAN
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penatalaksanaan
demam reumatik/PJR meliputi: (1) tirah baring di rumah sakit, (2) eradikasi
kuman streptokokus, (3) pemberian obat-obat anti inflamasi, (4) pengobatan
korea, (5) pemberian diet
Tirah baring
Tabel
1 : Pedoman istirahat dan mobilisasi penderita demam reumatik/penyakit jantung
reumatik
|
Artritis
|
Karditis
minimal
|
Karditis
tanpa kardiomegali
|
Karditis
dengan kardiomegali
|
Tirah baring
|
2 minggu
|
3 minggu
|
6 minggu
|
3-6 bulan
|
Mobilisasi bertahap di ruangan
|
2 minggu
|
3 minggu
|
6 minggu
|
3 bulan
|
Mobilisasi bertahap diluar ruangan
|
3 minggu
|
4 minggu
|
3 bulan
|
3 bulan atau lebih
|
Semua kegiatan
|
Sesudah 6-8 minggu
|
Sesudah 10 minggu
|
Sesudah 6 bulan
|
bervariasi
|
Eradikasi kuman Streptococcus
Pengobatan
yang adekuat terhadap infeksi Streptococcus harus segera dilakukan setelah
diagnosis ditegakkan. Dianjurkan menggunakan penisilin dosis biasa selama 10
hari; pada penderita yang peka terhadap penisilin dapat diganti dengan
eritromisin. Pengobatan terhadap Streptococcus ini harus tetap diberikan
meskipun biakan usap tenggorok negative
Tabel
2 : Pengobatan Infeksi
Beta-Streptococcus Hemolyticus Grup A
Jenis
|
Cara
Pemberian
|
Dosis
|
Frekuensi/lama
pemberian
|
Penisilin benzatin G
|
IM
|
1,2 juta S
|
1 kali
|
Penisilin prokain
|
IM
|
600.000 S
|
1-2 kali sehari selama 10 hari
|
Penisilin V
|
oral
|
250.000 S
|
3 kali sehari selama 10 hari
|
Eritromisin
|
Oral
|
125-250 mg
|
4 kali sehari selama 10 hari
|
Obat anti Inflamasi
Yang
dipakai secara luas ialah salisilat dan steroid. Keduanya efektif untuk
memngurangi demam, kelainan sendi serta fase reaksi akut. Dosis dan lamanya
pengobatan disesuaikan dengan beratnya penyakit dan responsnya terhadap
pengobatan.
Tabel
3: Terapi AntiInflamasi pada penyakit DR/PJR
Artritis
|
Karditis
ringan tanpa kardiomegali
|
Kardiomegali
karditis berat, gagal jantung
|
1.Salisilat 100 mg/kgbb/hari
|
1.Salisilat 100 mg/kgbb/hari
|
1.Prednison 2 mg/kgbb/hari (rata-rata 4x10
mg/hari)
|
2.Setelah 1 minggu turunkan menjadi 75
mg/kgbb/hari
|
2.Setelah 1-2 minggu turunkan menjadi 75
mg/kgbb/hari
|
2.Setelah 2 minggu turunkan menjadi 3x10 mg/hari
|
3.Bila hasil laboratotium normal turunkan menjadi
50 mg/kgbb/hari,teruskan minimal 6 minggu
|
3. teruskan sampai 6-8 minggu (terapi total 12
minggu)
|
3.
setelah 2 minggu turunkan menjadi 4x5 mg/hari
4.
setelah 2 minggu turunkan menjadi 3x5 mg/hari. Mulai berikan salisilat
5.
dosis prednisone terus diturunkan setiap minggu; salisilat berikan sampai
6-12 minggu
|
Pengobatan Korea
Korea pada umunya akan sembuh
sendiri, meskipun dapat berlangsung selama beberapa minggu sampai 3 bulan.
Obat-obat sedative, seperti klorpromazin, diazepam, fenobarbital atau
haloperidol dilaporkan memberikan hasil yang memuaskan . haloperidol sebaiknya
tidak diberikan pada anak dibawah 12 tahun.
Diet
Bentuk
dan jenis makanan dengan keadaan penderita,. Pada sebagian besar kasus cukup
diberikan makanan biasa, cukup kalori dan protein. Tambahan vitamin dapat
dibenarkan.
Penanganan gagal jantung
Gagal jantung pada DR/PJR dapat
ditangani seperti kasus gagal jantung pada umumnya. Komplikasi ini biasanya
dapat diatasi dengan tirah baring dan pemberian kortikosteroid, meskipun
seringkali perlu diberikan digitalis dan diuretic.
Penatalaksanaan
penyakit jantung reumatik kronik :
1. Penatalaksanaan
medik
a. Kemoprofilaksis
sekunder untuk mencegah serangan ulang demam reumatik
b. Pengobatan
gagal jantung
c. Pencegahan
endokarditis bakterialis
d. Pengaturan
aktivitas
2. Penatalaksanaan
bedah Pada
anak, indikasi bedah pada umumnya ialah:
a. Kardiomegali
berat yang menetap yamg menghalangi kehidupan normal
b. Kardiomegali
progresif
c. Gagal
jantung yang tidak dapat diatasi dengan terapi medis
2.12
REHABILITASI
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penyakit
demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele) yang amat penting pada
jantung sebagai akibat berat ringannya karditis selama serangan akut demam
reumatik. Dari beberapa penelitian tentang insidens karditis dan PJR yang
menetap adalah akibat kekambuhan DR tanpa PJR sebelumnya adalah 6-14%.
Kekambuhan yang terbanyak dan terpenting adalah akibat perjalanan penyakit
demam reumatik itu sendiri. Cukup banyak dilaporkan insidens dari kekambuhan
demam reumatik yang berlanjut dan mengakibatkan PJR.
DR
dapat diatasi dengan antibiotika penisilin-V
atau benzatin penisilin parentral yang adekuat terhadap kuman
SGA hemolitikus. Pasien DR berisiko tinggi untuk terjadi kekambuhan kembali,
sehingga diperlukan pencegahan yang berkelanjutan dengan antibiotika sebagai
pencegahan sekunder terhadap kekambuhan tersebut. Tetapi yang sulit adalah
menetapkan berapa lama pencegahan sekunder ini dilakukan. Walaupun risiko kekambuhan
berkurang dengan bertambahnya umur dan juga interval kekambuhan makin panjang
tetapi kekambuhan ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Hanya akan berkurang atau
menghilang bila dilakukan pengobatan pencegahan sekunder secara teratur untuk
waktu yang cukup lama.
Program
pencegahan sekunder yang dapat mengurangi atau menghilangkan perjalanan
penyakit DR dan PJR, yang dapat dilakukan adalah :
1. Untuk
pasien <20 tahun, berikan suntikan Benzatin
Penisilin G 1,2 juta unit tiap 4 minggu sampai umur 25 tahun
2. Bila
umur pasien >20 tahun, berikan suntikan Benzatin
Penisilin G (long-acting) selama 5 tahun.
3. Bila
pasien telah selesai dengan protocol 1 dan 2 sedangkan terjadi kekambuhan lagi
maka aka mendapatkan kembali suntikan Benzatin
Penisilin G dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu untuk selama 5 tahun
berikutnya. Bila kasus berat tiap 3 minggu.
2.13
PROGNOSIS
DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Demam
reumatik tidak akan kambuh bila infeksi Streptokokus diatasi. Prognosis sangat
baik bila karditis sembuh pada saat permulaan serangan akut demam reumatik.
Selama 5 tahun pertama perjalanan penyakit demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik tidak membaik bila bising organik katup tidak menghilang, (Feinstein
AR dkk, 1964). Prognosis memburuk bila gejala karditisnya lebih berat dan
ternyata demam reumatik akut dengan payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun
pertama dan 40% setelah 10 tahun. Dari data penyembuhan ini akan bertambah bila
pengobatan pencegahan sekunder dilakukan secara baik. Ada penelitian melaporkan
bahwa stenosis mitralis sangat tergantung pada beratnya karditis, sehingga
kerusakkan katup mitral selama 5 tahun pertama sangat mempengaruhi angka
kematian demam reumatik ini. (Irvington House Group & U.K and U.S 1965).
Penelitian selama 10 tahun yang mereka lakukan menemukan adanya kelompok lain
terutama kelompok perempuan dengan kelainan mitral ringan yang menimbulkan
payah jantung yang berat tanpa diketahui adanya kekambuhan demam reumatik atau
infeksi streptokokus. (Stresser, 1978).
Adanya
atau tidak adanya kerusakan jantung permanen menentukan prognosis jantung
reumatik. Perkembangan dari penyakit jantung residual dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu :
1. Keadaan
jantung pada awal terapi. Semakin berat keterlibatan jantung pada saat pertama
kali pasien diperiksa, semakin besar resiko timbulnya kelainan jantung
residual.
2. Kekambuhan
demam reumatik. Semakin berat keterlibatan katup, maka angka kekambuhannya
semakin tinggi.
3. Regresi
dari gangguan jantung. Bukti adanya keterlibatan jantung pada serangan awal
mungkin tidak terlihat pada 10 – 25 % pasien, dan baru nampak kurang lebih 10
tahun setelah serangan awal.
Prognosis demam rematik juga
tergantung pada stadium saat diagnosis ditegakkan, umur, ada tidaknya dan
luasnya kelainan jantung, pengobatan yang diberikan, serta jumlah serangan
sebelumnya. Prognosis pada umumnya buruk pada penderita dengan karditis pada
masa kanak-kanak. Serangan ulang dalam waktu 5 tahun pertama dapat dialami oleh
sekitar 20% penderita dan kekambuhan semakin jarang terjadi setelah usia 21
tahun.
KESIMPULAN
Joko
mengalami penyakit jantung rematik, cara Pengobatannya yaitu tidur istirahat
selama 3 minggu, pemberantasan bakteri streptokokus dengan benzatin 1,2 juta unit penisilin intramuskular jika
berat> 30 kg dan 600.000-900.000 unit jika berat badan <30kg atau
penisilin 2 x 500.000 unit / kg / bb / hari selama 10 hari. Jika alergi
terhadap penisilin, eritromisin diberikan secara oral 125-250 mg 4 kali sehari
selama 10 hari. Dengan pemberian anti-inflamasi Salisilat 100 mg / kg / hari,
setelah 1-2 minggu turunkan menjadi 75 mg / kg / hari, naik ke 6-8 minggu
(total 12 minggu terapi). Mengingat makanan bergizi tinggi dan vitamin.
DAFTAR PUSTAKA
A.price, sylvia.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.2006.EGC
Arif
mansoer,dkk,kapita selekta kedokteran, FKUI,2003 hal 451
Bermen
dkk.nelson ilmu kesehatan anak edisi
5, vol 2, 2000.jakarta: EGC
Bickley lynn
s.buku saku pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates.2006.egc:jakarta
Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak, fkui 1985
Buku kuliah ilmu kesehatan anak , jilid 2,1997, FKUI
Buku kuliah ilmu kesehatan anak fk ui; “demam reumatik dan penyakit jantung reumatik”
Buku panduan
blok sistem kardiovaskuler. FK UNPRI
Demam
rematik “di Dorland s Dictionary Medis
Http://www.scribd.com/doc/54393059/demam-reumatik
Ilmu penyakit
dalam jilid II edisi V
Isjd.pdii.go.id/jurnal/116972528.pdf
Ismudati
lili, dkk,buku ajar kardiologi, FKUI,2002 hal 249
Kapita selekta fakultas kedokteran
ui,edisi iii, jilid 1,2001,media aesculapius.Jakarta
Kumar,
Vinay, Abbas, Abul K., Fausto, Nelson,. &Mitchell, Richard N. (2007)
Robbins
Basic
Patologi (8 ed.). Saunders Elsevier.hlm 403-406 ISBN 978-1-4160-2973-1
Leman,
saharman; demam reumatik dan penyakit
jantung rematik; buku ajar lmu penyakit dalam; jilid ii edisi v; interna
publishing; jakarta
Prof.dr.dr.a.samik
wahab,sp.a(k).ilmu kesehatan anak edisi
15.jakarta : balai penerbit buku kedokteran;2000.hal.930.
Sudoyo,et al.
(2009).ilmu penyakit dalam.jakarta :
interna publishing
Wahab
samik, penyakit jantung anak,EGC,2003
hal 166,179
terimakasih banyak untuk informasinya, isangat bermanfaat
ReplyDeletehttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-jantung-rematik/
recommended banget ni blog, thanks :)
ReplyDelete