Komunikasi
efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak,
pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan
pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan.
Sebenarnya
bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya,
banyak hal-hal negatif dapat dihindari.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif
justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan
lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak
hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif
antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter
dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,
berdasarkan kebutuhan pasien.
Tujuan
dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses
penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan
pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).
·
Sesi
Penyampaian Informasi
Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka
dokter dapat sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang
akurat di sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang tidak
beralasan. Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar
efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
1. Materi Informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan
pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit
saat pemeriksaan).
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c. Berbagai tindakan medis yang
akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,
termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan
untuk menegakkan diagnosis.
e. Diagnosis, jenis atau tipe. (??)
f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan
kelebihan masingmasing cara).
g. Prognosis.
h. Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c. Keluarganya atau pihak lain
yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung
jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan
untuk berkomunikasi sendiri secara langsung
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk disampaikan, dengan memerhatikan
kesiapan mental pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan agar
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera,
jika kondisi dan situasinya memungkinkan.
5. Di mana menyampaikannya
a. Di ruang praktik dokter.
b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
c. Di ruang diskusi.
d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telpon, juga tidak diberikan dalam
bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.
b. Persiapan meliputi: materi yang akan disampaikan (bila diagnosis,
tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh tim); ruangan yang nyaman,
memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari
tv/radio, telepon; waktu yang cukup; mengetahui orang yang akan hadir
(sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya
keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang).
c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang
akan dibicarakan.
d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga
menerima informasi yang akan
diberikan.
·
Kiat menyampaikan informasi
-
Tanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya.
-
Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai tingkat pemahamannya
(usia, latar belakang pendidikan, sosial budaya)
-
Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan
istilah kedokteran. Kalaupun harus menggunakannya, beri penjelasan dan padanan
katanya (kalau memang ada).
-
Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian
informasi bisa dilakukan secara bertahap.
-
Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau
kalimat persiapan atau pendahuluan, misalnya, “Boleh saya minta waktu untuk
menyampaikan sesuatu?” untuk melihat apakah dia (yang diajak berkomunikasi)
siap mendengar berita tersebut.
-
Hindari memakai kata-kata yang bersifat mengancam,
seperti “Kalau tidak melakukan anjuran saya, kalau ada apa-apa jangan datang ke
saya”.
-
Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat
atau meyakinkannya.
-
Ulangi pesan yang penting.
-
Pastikan pasien/keluarga mengerti apa yang
disampaikan.
-
Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari
ucapan atau sikap dan dengan empati. ”Saya dapat mengerti jika ibu khawatir”.
-
Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
-
Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya, jangan
memonopoli pembicaraan.
-
Berikan nomor telpon yang bisa dihubungi jika
sewaktu-waktu diperlukan.
·
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien
- Menyilakan
masuk dan mengucapkan salam.
- Memanggil/menyapa
pasien dengan namanya.
- Menciptakan
suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu, menganggap penting
informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
- Memperkenalkan
diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis, dokter
keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan
lainlain).
- Menilai
suasana hati lawan bicara
- Memperhatikan
sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien
- Menatap
mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan
perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
- Memperhatikan
keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu.
- Apabila
pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan
raut wajah dan sikap yang tenang.
- Melibatkan
pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan keputusan.
- Memeriksa
ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
- Melakukan
negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.
- Membukakan
pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
·
Contoh Hasil Komunikasi Efektif
- Pasien
merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat.
- Berdasarkan
pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran
dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara
teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan
memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari
kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya).
- Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari
penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai
penjelasan dokter.
- Pasien
merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan
kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya,
dengan segala konsekuensinya.
- Pasien
mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan
kesehatannya.
·
Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif:
-
Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter
tidak menjelaskan, hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat
dan mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk
kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen, dan sebagainya.
-
Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk
bicara, padahal ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak
ia mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena
sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja.
-
Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata
sebagai objek, bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.
-
Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter
atau tidak.
-
Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.
Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan
alternatif atau komplementer atau menyembuhkan sendiri (self therapy).
No comments:
Post a Comment